Meraih Rahmat Allâh Azza Wa Jalla
MERAIH RAHMAT ALLAH AZZA WA JALLA
Rahmat terhadap Allâh Azza wa Jalla merupakan kebutuhan
primer seorang hamba untuk hidup di dunia ini. Cakupan rahmat Allâh amatlah
luas, karena Allâh Azza wa Jalla
memiliki nama ar-Rahmân dan ar-Rahîm. Rahmat-Nya luas, meliputi segenap
makhluk-Nya.
Tanpa rahmat, manusia akan binasa dan rugi. Simaklah ayat
berikut:
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ
لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Nuh berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui
(hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak)
menaruh belas kasihan (memberi rahmat) kepadaku, niscaya aku akan termasuk
orang-orang yang merugi.” [Hûd/11:47].
Rahmat Allâh Azza Wa Jalla Ada Dua Macam:
1. Rahmat ‘Âmmah (umum) yang mencakup seluruh
makhluk-Nya, termasuk orang-orang kafir sekalipun. Rahmat ini bersifat
Jasadiyyah Badaniyyah Dunyawiyyah (rahmat fisik duniawi), seperti pemberian
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.
2. Rahmat Khashshâh (rahmat khusus) yang bersifat
Îmâniyyah Dîniyyah baik di dunia maupun akhirat, dalam bentuk taufik untuk
berbuat ketaatan kepada Allâh, kemudahan untuk berbuat baik, diteguhkan
keimanannya dan diberi hidayah menuju jalan yang lurus dan dimuliakan dengan
masuk ke dalam Surga serta selamat dari Neraka. [1]
Dengan demikian, seorang hamba tidak bisa lepas sesaat
pun dari dua jenis rahmat Allâh Azza wa Jalla di atas. Dan seorang Muslim
memandang rahmat jenis kedua lebih penting dan utama ketimbang yang pertama.
Pangkal Memperoleh Rahmat Dari Allâh Azza Wa Jalla
Untuk itu, insan Muslim yang menghendaki rahmat Allâh
Azza wa Jalla selalu menaunginya dan senantiasa mendapatkan limpahan dan
tambahan rahmat-Nya, maka hendaklah ia menempuh langkah-langkah yang
mendatangkan rahmat baginya. Semua faktor itu, kata Syaikh ‘Abdur Rahman
as-Sa’di rahimahullah, terhimpun pada firman Allâh Azza wa Jalla,
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allâh amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik. [Al-A’râf/7:56].
Yaitu, menjalankan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla
dengan baik dan berbuat baik kepada
sesama hamba Allâh Azza wa Jalla . Dan menyayangi semua makhluk termasuk
pengaruh yang muncul dari sikap baiknya kepada para hamba Allâh Azza wa Jalla .
[2]
Maka seorang hamba semakin besar ketaatannya kepada Allâh
Azza wa Jalla , kian dekat dengan-Nya dalam taqarrub kepada-Nya, maka akan
semakin besar bagian rahmat yang ia dapatkan dari Allâh Azza wa Jalla. [3]
Pangkal Jauhnya Rahmat Allâh Azza Wa Jalla Dari Seorang
Hamba
Bila perbuatan baik yang sesuai agama dan diniatkan untuk
Allâh Azza wa Jalla menjadi pangkal
seluruh faktor bagi seseorang Muslim untuk meraih rahmat dari Rabbnya, maka
mafhûm mukhâlafahnya, maksiat-maksiat yang dilakukan seorang hamba akan
menjauhkan rahmat Allâh dari dirinya.
Mari kita simak istimbath Syaikh As-Sa’di rahimahullah
melalui firman Allâh Azza wa Jalla berikut ini:
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ
كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
Wahai bapakku, janganlah engkau menyembah syaithan.
Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Rabb Yang Maha Penyayang
[Maryam/19:44]
Dalam penyebutan maksiat yang dikaitkan kepada nama Allâh
ar-Rahmân termuat adanya isyarat bahwa maksiat-maksiat itu akan menghalangi
seorang hamba dari rahmat Allâh dan
menyekat pintu-pintunya, sebagaimana ketaatan merupakan faktor terpenting untuk
meraih rahmat-Nya. [4]
Beberapa Faktor Teraihnya Rahmat Allâh Melalui Ayat-Ayat
Al-Qur`ân
Maksud dari pembahasan ini adalah merangkum ayat-ayat
al-Qur`ân yang secara eksplisit menyebut suatu amalan, atau memerintahkan suatu
perbuatan, lalu ayat tersebut ditutup dengan la’allakum turhamûn (supaya kamu
mendapat rahmat).
1. Taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan taatilah Allâh dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
[Ali ‘Imrân/3:132]
Amal-amal kebajikan dan ketaatan akan mendatangkan ridha
Ar-Rahmân, masuk surga dan teraihnya rahmat. Oleh sebab itu, Allâh Azza wa
Jalla berfirman, “Dan taatilah Allâh dan Rasul“ dengan menjalankan
perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan “supaya kamu diberi rahmat “.
Jadi, taat kepada Allâh dan Rasul-Nya merupakan faktor
teraihnya rahmat. Hal ini sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Maka Aku
akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat
dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” [5]
Syaikh al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Bila kalian
taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul, niscaya akan kalian akan mendapatkan
rahmat. Dan rahmat itu terwujud dalam teraihnya hal-hal yang diinginkan dan
hilangnya hal-hal yang dikuatirkan.”.
Beliau rahimahullah melanjutkan, bahwa rahmat yang
dimaksud dalam ayat adalah rahmat khusus yang berhubungan dengan kebahagiaan di
dunia dan akhirat, karena rahmat umum sudah kita dapatkan setiap saat, bahkan
orang kafir pun merasakannya. [6]
Syaikh Abu Bakar Jâbir al-Jazâiri mengatakan, “Wajibnya
taat kepada Allâh dan Rasul-Nya untuk mendapatkan rahmat ilahiyyah, yaitu maaf
dan ampunan (dari Allâh) dan masuk ke dalam Surga”. [7]
2. Mengikuti Kandungan Al-Qur`ân
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al-Qur`ân itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.
[Al-An’âm/6:155]
Al-Qur`ânul Karîm memuat kebaikan yang melimpah dan ilmu
yang banyak. Ia menjadi sumber pengetahuan bagi seluruh disiplin ilmu dan dari
sana, keberkahan dicari. Tidak ada kebaikan kecuali diserukan dan didorong oleh
al-Qur`ân. Al-Qur`ân juga memuat berbagai macam hikmah-hikmah dan
kemaslahatan. Dan tidak pula ada
keburukan kecuali al-Qur`ân melarangnya dan memperingatkan darinya, serta
menjelaskan berbagai faktor agar orang menjauhinya dan selamat dari dampak
buruknya.
Maka, patutlah al-Qur`ân diikuti dalam perintah dan
larangannya. Juga bangunlah asas-asas agama dan cabang-cabangnya melalui
al-Qur`ân.
Maka, termasuk faktor penting untuk menggapai rahmat
adalah mengikuti kitab suci ini dengan memahami dan mengamalkan
kandungannya.[8]
3. Menyimak Bacaan al-Qur`ân
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al-Qur`ân, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. [Al-A’râf/7:204]
Ini adalah perintah umum terhadap setiap orang yang
mendengarkan al-Qur`ân tengah di baca, agar ia melakukan istimâ’ (menyimak) dan
inshât (memperhatikan). Istimâ’ ialah menyimak dengan telinga, fokus dengan
hati dan mentadabburi apa yang ia dengar. Sementara inshât adalah meninggalkan
pembicaraan atau apa saja yang menyibukkannya dari menyimak bacaan al-Qur`ân.
Orang yang bersikap demikian tatkala al-Qur`ân dibaca,
maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, ilmu yang melimpah, keimanan yang
kontinyu lagi selalu diperbaharui, serta hidayah dan pemahamannya terhadap
agama yang kian bertambah. Oleh sebab itu, Allâh Azza wa Jalla memberikan
rahmat bagi orang melalui dua sikap tersebut. Dan perintah ini lebih kuat lagi
bila seseorang mendengarkan bacaan al-Qur`ân di dalam shalat-shalat jahriyyah.
[9]
4. Menegakkan Shalat Dan Menunaikan Zakat
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. [An-Nûr/24:56]
Barang siapa mengharapkan rahmat, maka inilah jalannya.
Dan barang siapa mengharapkannya tanpa menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
taat kepada Rasul, maka orang itu hanyalah pemimpi lagi dusta. Harapan-harapan
dusta telah melalaikan hatinya[10].
5. Beristighfar
قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ
الْحَسَنَةِ ۖ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dia berkata, “Hai kaumku, mengapa kamu minta disegerakan
keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan?. Hendaklah kamu meminta ampun kepada
Allâh, agar kamu mendapat rahmat”. [An-Naml/27:46]
Sesungguhnya rahmat Allâh Azza wa Jalla dekat kepada
orang-orang yang Muhsinin, dan orang yang bertaubat termasuk orang-orang
Muhsinin.[11]
6. Mendamaikan Yang Sedang Bertikai
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allâh supaya kamu
mendapat rahmat. [Al-Hujurât/49:10]
Allâh Azza wa Jalla perintahkan Rasul-Nya untuk memenuhi hak-hak kaum Mukminin dan
segala sesuatu yang menyebabkan mereka saling akrab dan menyayangi serta
terjalinnya hubungan antara mereka. Semua ini ditujukan untuk menguatkan hak
sebagian orang yang menjadi kewajiban sebagian yang lain. Di antaranya, bila
terjadi pertikaian antara mereka yang mengakibatkan hati mereka bercerai-berai,
saling membenci dan saling menjauh, hendaknya kaum Mukminin melakukan ishlah
(perbaikan) antara saudara-saudara mereka (seiman) dan berusaha keras menempuh
cara untuk melenyapkan rasa benci mereka.
Kemudian Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk bertakwa
dan memberikan balasan rahmat atas
ketakwaan dan memperhatikan hak kaum Mukminin. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
“supaya kamu mendapat rahmat”. Apabila rahmat telah teraih, maka kebaikan dunia
dan akhirat pun akan tergapai. [12]
Penutup
Dengan melihat betapa eratnya turunnya rahmat Allâh Azza
wa Jalla dengan pengamalan kandungan-kandungan al-Qur`ân, maka setiap Muslim
berkewajiban untuk berusaha keras memahami isi kitab sucinya, dan
mengamalkannya dalam kehidupannya.
Ia tidak boleh merasa cukup hanya dengan membaca atau
menghafalnya. Ia harus mengamalkannya. Syaikh Shâlih Al-Fauzân sudah
mengingatkan bahwa yang tidak mengamalkan kandungan al-Qur`ân, walaupun ia
termasuk orang yang sering sekali membacanya, atau banyak hafalannya, orang
tersebut belumlah memenuhi kewajiban melakukan nashîhah kepada Kitâbullâh
dengan baik.[13]
Semoga Allâh Azza wa Jalla berkenan memudahkan kita
mengamalkan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sehingga
rahmat-Nya yang khusus selalu menaungi kehidupan kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar