Sifat Sabar Sebagai Penolong Orang Yang Beriman
SIFAT SABAR SEBAGAI PENOLONG ORANG YANG BERIMAN
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allâh bersama orang-orang yang bersabar
[al-Baqarah/2:153]
Ayat yang mulia ini menunjukkan agungnya keutamaan sifat
sabar sebagai sebab turunnya pertolongan dan penjagaan dari Allâh Azza wa Jalla
kepada hamba-Nya yang beriman.
Imam asy-Syaukani berkata, “Dalam ayat ini terdapat
motivasi terbesar bagi hamba-hamba Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk menetapi
sifat sabar ketika menghadapi segala kesusahan, karena barangsiapa yang Allâh
bersamanya, maka dia tidak akan takut (menghadapi) segala rintangan (apapun)
meskipun (sebesar) gunung”[1]..
Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di berkata: “(Dalam
ayat ini) Allâh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam (menghadapi)
urusan-urusan agama dan dunia mereka, maka sifat sabar merupakan penolong besar
dalam menghadapi segala urusan, maka tidak ada jalan bagi orang yang tidak
bersabar untuk mencapai apa yang diinginkannya (karena tidak adanya pertolongan
dari Allâh baginya)… Kebersamaan Allâh dalam ayat ini adalah kebersamaan khusus
yang mengandung makna kecintaan, bantuan, pertolongan dan kedekatan Allâh (bagi
hamba-hamba tersebut). Maka ini merupakan kemuliaan besar bagi orang-orang yang
memiliki sifat sabar. Kalau seandainya tidaklah ada keutamaan bagi orang-orang
yang bersabar kecuali mendapatkan kebersamaan yang khusus dari Allâh ini, maka
cukuplah hal ini sebagai keutamaan dan kemuliaan (besar)”[2].
Beberapa Faidah Penting Yang Terkandung Dalam Firman
Allâh Azza Wa Jalla Di Atas:
1. Arti sabar secara etimologi adalah al-habs
(menahan/mencegah), maka makna sabar adalah menahan diri dari berputus asa, dan
menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang
dilarang Allâh Azza wa Jalla [3]. Inilah arti kesabaran yang indah yang Allâh
Azza wa Jalla perintahkan dalam firman-Nya:
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
“Maka bersabarlah
kamu dengan kesabaran yang indah” [Al-Ma’ârij/70:5].
2. Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Makna
kesabaran yang indah adalah kesabaran yang tidak disertai sikap berkeluh kesah
dan mengadu kepada selain Allâh”[4].
3. Adapun hakikat sifat sabar, adalah seperti yang
dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, yaitu: “akhlak mulia yang
termasuk perangai jiwa (yang luhur), dengannya seorang hamba akan menjauhi
perbuatan buruk dan tidak terpuji. Sifat ini merupakan bagian dari kekuatan
jiwa yang menjadikan baik dan lurus keadaannya”[5].
4. Rukun sabar ada tiga yaitu: menahan diri dari sikap
murka terhadap segala ketentuan Allâh Azza wa Jalla , menahan lisan dari keluh
kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allâh Azza wa
Jalla), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian,
memotong rambut dan sebagainya. Barangsiapa yang menunaikan ketiga rukun ini
dengan benar maka semua musibah yang menimpanya akan berganti menjadi anugerah
yang mulia [6].
5. Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menjalankan
ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla , sabar dalam meninggalkan
larangan-larangan-Nya, dan sabar dalam menghadapi ketentuan takdir-Nya yang
menimpa manusia[7].
6. Imam Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata: “Kesabaran
itu adalah pengakuan seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla atas musibah yang
menimpa dirinya (bahwa itu semua dari sisi-Nya) dan pengharapannya terhadap
balasan pahala di sisi-Nya. Sungguh terkadang seorang hamba bersedih, akan
tetapi dia berusaha menahan diri, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran”[8].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar